Kamis, 07 Juni 2012

About Toba Lake. .


 Asal usul Danau Toba

Pada zaman dahulu di suatu desa di Sumatera Utara hiduplah seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan lahan pertaniannya untuk keperluan hidupnya.
Selain mengerjakan ladangnya, kadang-kadang lelaki itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali dia memancing, mudah saja ikan didapatnya karena di sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan. Ikan hasil pancingannya dia masak untuk dimakan.
Pada suatu sore, setelah pulang dari ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi sudah cukup lama ia memancing tak seekor iakan pun didapatnya. Kejadian yang seperti itu,tidak pernah dialami sebelumnya. Sebab biasanya ikan di sungai itu mudah saja dia pancing. Karena sudah terlalu lama tak ada yang memakan umpan pancingnya, dia jadi kesal dan memutuskan untuk berhenti saja memancing. Tetapi ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ketengah sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, Karena dia tahu bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar.
Setelah beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing itu disentakkannya, dan tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dari mulut ikan itu. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti. Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke satu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah dipanggang. Ketika meninggalkan sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah mulai senja.
Setibanya di rumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur. Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.
Pada saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu, dia meninggalkan dapur dan masuk kekamar.
Ketika lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap karena didalam kamar itu berdiri seorang perempuan dengan rambut yang panjang terurai. Perempuan itu sedang menyisir rambutnya sambil berdiri menghadap cermin yang tergantung pada dinding kamar. Sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba membalikkan badannya dan memandang lelaki itu yang tegak kebingungan di mulut pintu kamar. Lelaki itu menjadi sangat terpesona karena wajah perempuan yang berdiri dihadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah melihat wanita secantik itu meskipun dahulu dia sudah jauh mengembara ke berbagai negeri.
Karena hari sudah malam, perempuan itu minta agar lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu menyalakan lampu, dia diajak perempuan itu menemaninya kedapur karena dia hendak memasak nasi untuk mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat lelaki itu ketika memancing di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu adalah penjelmaan sisiknya. Setelah beberapa minggu perempuan itu menyatakan bersedia menerima lamarannya dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit asal-usul istrinya myang menjelma dari ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah mereka.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu sngat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas.
Setelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksa ibunya yang mengantarkan nasi ke ladang.
Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesl pergilah ia mengantarkan nasi itu. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauknya dia makan. Setibanya diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya. Saat menerimanya, si ayah sudah merasa sangat lapar karena nasinya terlambat sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari nasinya itu. Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia pukul anaknya sambil mengatakan: “Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”
Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia mengadukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan ayahnya kepadanya di ceritakan pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Ketika tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak pohon kayu yang dipanjatnya di atas bukit , dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat. Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir.

About Toba Lake
Pasti kamu pernah mendengar tentang Danau Toba! Itu lho, danau indah yang terletak di Provinsi Sumatra Utara. Saking besarnya, danau ini dikelilingi enam kabupaten. Enam kabupaten itu adalah Kabupaten Simalungun, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi.
Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar di dunia dan terpopuler di Indonesia. Danau ini berada di sekitar 905 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan kedalaman 400 meter. Danau ini memiliki ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Di tengah danau ini ada sebuah pulau besar, namanya Pulau Samosir. Bahkan, di tengahtengah Pulau Samosir masih ada danau lagi, itulah yang menambah unik tempat wisata ini.
Keindahahan Danau Toba sangat mengagumkan. Danau itu dikelilingi oleh perbukitan sehingga suasana di sekitar danau terasa nyaman. Udaranya pun sejuk dan segar. Jika kamu berkunjung ke sana, kamu bisa menikmati keindahannya dengan berenang atau menyewa perahu motor untuk mengelilingi sekitar danau.
Terjadinya Danau Toba
Berdasarkan para peneliti Universitas Teknologi Michigan, Amerika Serikat, Danau Toba terjadi akibat letusan gunung berapi yang dahsyat sekitar 73.000 tahun yang lalu. Letusannya sangat dahsyat sehingga sempat mengubah iklim dunia saat itu. Letusan itu memuntahkan bebatuan dan abu hingga sejauh 2.000 kilometer kubik (km3).
Arah letusan itu pun menimbulkan kegelapan selama dua minggu karena sinar matahari terhalang masuk ke bumi. Letusan itu juga memusnahkan manusia, hewan, dan tumbuhan. Dampak dari letusan itu menyebabkan terbentuknya sebuah kawah gunung berapi yang sangat besar dan luas. Kawah itu pun lama-kelamaan terisi oleh air dan membentuk Danau Toba. Tak hanya keanerakaragaman tanaman seperti anggrek toba, adulpak, kantung semar, dan andaliman. Selain itu, ada juga hewan khas Danau Toba yang sangat beragam, seperti ikan batak (tor sorro), ikan mas, dan ikan pora-pora. Uniknya lagi, Danau Toba memiliki siklus pergantian air 110-280 tahun. Padahal, danau- danau di dunia hanya memiliki siklus perputaran air rata-rata 17 tahun. Hal ini menunjukkan, saat krisis air melanda akibat perubahan iklim, maka sumber air tawar Danau Toba sangat potensial dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. itu, magma yang masih ada di dalam perut bumi menekan lapisan tanah di atasnya sehingga membentuk pulau, yaitu Pulau Samosir.
Kawasan Strategis Nasional
Sejak dijadikan kawasan strategis nasional, kini Danau Toba menjadi prioritas utama dalam penataan ruang. Pemerintah Sumatra Utara sudah menyiapkan langkahlangkah penataan ruang di kawasan Danau Toba agar langkah yang diambil tidak merusak ekosistem dan lingkungan danau.
Langkah-langkah yang diambil haruslah bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Sebab, ekosistem di kawasan Danau Toba memiliki potensi andalan. Di antaranya, daratan yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan dengan panjang sekitar 87 km dan potensi kawasan hutan seluas 259.721 hektar. Tak kalah menariknya, Danau Toba ini memiliki keanerakaragaman tanaman seperti anggrek toba, adulpak, kantung semar, dan andaliman. Selain itu, ada juga hewan khas Danau Toba yang sangat beragam, seperti ikan batak (tor sorro), ikan mas, dan ikan pora-pora.
Uniknya lagi, Danau Toba memiliki siklus pergantian air 110-280 tahun. Padahal, danau- danau di dunia hanya memiliki siklus perputaran air rata-rata 17 tahun. Hal ini menunjukkan, saat krisis air melanda akibat perubahan iklim, maka sumber air tawar Danau Toba sangat potensial dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri.
Wilayah ini bagi “orang Batak” disebut sebagai tempat asal muasal “Batak sesungguhnya”. Disinilah berdiam marga marga yang diyakini inilah wajah Batak seutuhnya. Penjelasannya sbb:
Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sbb:
1. Batak Toba (Tapanuli) : mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah mengunakan bahasa Batak Toba.
2. Batak Simalungun : mendiami Kabupaten Simalungun, sebagian Deli Serdang, dan menggunakan bahasa Batak Simalungun.
3. Batak Karo : mendiami Kabupaten Karo, Langkat dan sebagian Aceh dan menggunakan bahasa Batak Karo. Mereka lebih suka menyebut dirinya sebagai orang Melayu.
4. Batak Mandailing : mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan, Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi dan menggunakan bahasa Batak Mandailing, geografis mereka lebih dekat dengan Padang.
5. Batak Pakpak : mendiami Kabupaten Dairi, dan Aceh Selatan dan menggunakan bahasa Pakpak.
Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak. Namun demikian, mereka mempunyai marga marga seperti halnya orang Batak. Yang disebut wilayah Tanah Batak atau Tano Batak ialah daerah hunian sekeliling Danau Toba, Sumatera Utara. Seandainya tidak mengikuti pembagian daerah oleh Belanda [politik devide et impera] seperti sekarang, Tanah Batak konon masih sampai di Aceh Selatan dan Aceh Tenggara.

BATAK ALAS GAYO
Beberapa lema/dialek di daerah Alas dan Gayo sangat mirip dengan lemah bahasa Batak. Demikian juga nama Si Alas dan Si Gayo ada dalam legenda dan tarombo Batak. Dalam Tarombo Bona Laklak [tarombo pohon Beringin] yang dilukis cukup indah oleh L.Sitio [1921] nama Si Jau Nias, dan Si Ujung Aceh muncul setara nama Sorimangaraja atau Si Raja Batak I. Disusul kemudian hadirnya Si Gayo dan Si Alas setara dengan Si Raja Siak Dibanua yang memperanakkan Sorimangaraja, kakek dari Si Raja Batak.
BATAK PAKPAK
Sebagian kecil orang Pakpak enggan disebut sebagai orang Batak karena sebutan MPU Bada tidak berkaitan dengan kata OMPU Bada dalam bahasa Batak. Kata MPU menurut etnis Pakpak setara dengan kata MPU yang berasal dari gelar di Jawa [MPU Sendok, MPU Gandring]. Tetapi bahasa Pakpak sangat mirip dengan bahasa Batak, demikian juga falsafah hidupnya.
BATAK KARO
Sub etnis ini juga bersikukuh tidak mau disebut sebagai kelompok etnis Batak. Menurut Prof Dr. Henry G Tarigan [IKIP Negeri Bandung] sudah ada 84 sebutan nama marga orang Karo. Itu sebabnya, orang Karo tidak sepenuhnya berasal dari etnis Batak, karena adanya pendatang kemudian yang bergabung, misalnya marga Colia, Pelawi, Brahmana dsb. Selama ini di Tanah Karo dikenal adanya MERGA SILIMA [5 Marga].
BATAK NIAS
Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak, bukan dari Pusuk Buhit. Masuk akal karena secara geografis pulau Nias terleta agak terpencil di Samudera Indonesia, sebelah barat Sumatera Utara.Namun demikian, mereka mempunyai marga marga seperti halnya orang Batak.
Ada cerita unik yang pernah diutarakan oleh salah satu teman. Ketika Jepang datang kemari, ada satu orang perwira Jepang yang suka memberi makan ikan liar yang hidup di Danau Toba. Setiap pagi dan sore, ia mengayuh sampannya dari tepian danau, lantas membunyikan genta berkali kali sambil menyebarkan makanan. Ratusan ikan datang melahap makanan itu. Bertahun tahun ia melakukan itu, hingga akhirnya Jepang itu meninggal dikemudian hari. Ikan yang telah terbiasa makan pada jam dan posisi yang sama seperti kehilangan makanan dan kebiasaan rutin mereka. Penduduk yang tahu akan hal ini kemudian mengikuti langkah Jepang tersebut. Mereka beramai ramai membawa jala pada pagi dan petang sembari membunyikan genta. Ratusan ekor ikan ditangkap setiap minggunya. Hingga akhirnya, tidak ada ikan liar satupun yang tersisa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar